April '06

Senin, 06 Juli 2009 , Posted by Dana K at 11.03

Bayang-bayang
-Untuk Sy-


Ketika hujan menyiami putik-putik bunga
asa yang mulai bernanah

Sambaran kilat membawa siluet
Wajah yang tak bisa ku jumpa
Hari ini, sebatang rokok menjadi teman
Kata-kata aku harap bisa tersampaikan
Untuk bayang yang tak pernah hilang
Bayang suci
murni
jernih

Dalam sepi dari segala
Pada malam ku titip salam
“Apa kabar, Bunga?”

Ciputat, April 2006


Malam I

Malam kembali menyergapku dalam sunyi
Mengajakku berkelana menyusuri bintang
Bersama malam aku bersembunyi
Dari terang yang memanggang

Pada malam aku bercerita
Tentang rencana dan harapan
Semoga esok hari cerah

Ciputat,April 2006







Secangkir Kopi

Secangkir kopi di pagi hari
Memberi pesan pada hati
Mengingat duka waktu lalu
Pada raut terpaku lugu

Setenggak kopi dari cangkir
Adakah ini sebagai takdir
Ketika air mata mengalir

Masih ada ½ cangkir kopi
Yang tersisa dalam sunyi
Diantara bilik-bilik waktu

Ciputat, 10 April 2006




Apologi
-untuk Ly-

Tuhan tak pernah berkata apa-apa
Manusia yang mengucapkan
Dari mimpi, harapan;
Tercipta kehidupan

Tuhan memang menentukan
Tapi, manusia yang melakukan
Cita-cita, adalah insting
yang menggerakan tubuh

Aku manusia yang pasrah menyeluruh
Bergerak alam insting
Mengalir bersama angin

Ciputat, 11 April 2006




Waktu

Malam ini adalah waktu yang tepat untuk kau menghadap-Nya
Raja Diraja, Pemilik Pencipta

Menundukan kepala, berdoa, meminta ampunan dosa
Lepaskan kuasa dunia, sucikan jiwa
Semua fatamorgana, kekekalan hanya milik-Nya
Raja di langit, raja di bumi

Duduk di antara dua sujud
Ampuni aku
Sirami aku
Tunjukan aku

Sungguh Pemilik Alam

Ciputat,13 April 2006




Merah Senja

Senja memerah di ujung bumi
Di mana kita menghabiskan sisa hari?
Kalong-kalong mulai menghias langit
Surya mengintip dari jendela

“Aku mandi dulu, mungkin akan lebih segar” kau tersenyum
Lebih baik aku rebah, agar reda sedikit lelah, tapi aku tak mau mengaku kalah

Ciputat, 15 April 2006







Salama
-Untuk Hj. Ai-

Dapatkah kau tunjukan sebuah kota
Yang gerbangnya terkunci
Norma dari setiap denyut nadi
Malu menghias tiap pintu
Santun terpancar dari segenap penghuninya

Tapi di mana?---

Kota Salama ada di ujung
Dari pertigaan ambisi belok kanan
Lurus kearah rasio, sampai kau temui mimpi-mimpi
Kota Salama ada di sana
Di antara ego dan imaji

Marhaban bi Madinatissalama
“Akhirnya aku tiba”
Nurani menghadang
Aku terlarang
Kota Salama bukan untukku

Ciputat, 27 April 2006

Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar