November 2006
Salam untuk matahari
Bayang bergeliat di sela kaki
Mengajak mimpi berlari
Lari di antara cicit burung
dan kokok ayam
dari teras
Mekar melati kabarkan
Kabar, tentang murung matahari
Dalam derum menggumpal
kabut yang lembut mencerna maut
071106
Menjumpamu
Tak seperti menghirup udara
Setiap waktu sesukaku
Sesekali ku campur
dengan asap tembakau
Menjumpamu
Seperti membeli baju lebaran
Hadiah dari Bapakku
Sebab kamu adalah rumput di tanah lapangku
Tetap ada meski kemarau menerpa
081106
Dinding
Coba kau perhatikan
Dinding itu pun
punya mata yang mengawasi
Gerak gerik hati kita
Saat detak mendahului detik dan mata
Menjadi nanar dalam bisu
Dinding itu menjadi saksi
Dengan mata yang tak pernah rabun dan terselip
Debu dari musim panas berkepanjangan
Dinding itu (mungkin telah biasa
Melihat kita) menjadi puing
111106
Pukul 03:03 ada yang terjaga
Pukul 03:03 ada yang terjaga
Dari mimpi tentang surga dan para ksatria berkuda
Tentang peperangan yang dimenanginya
Siang tadi,
Lalu angin
menggumamkan mantra
menyirapnya agar terlelap
kembali
131106
Di tepi senja tadi
Di tepi senja tadi, awan berarak ke utara
Mungkin lelah
Setelah seharian tadi bergumul dan memuntahkan
Amarahnya di atas kota itu
Dan tak pernah peduli
Untuk menengok
Lagi…
Nov,06
Dan Pagi
Adalah matahari yang mencumbuku
Selepas kau bangun dan bergegas
Pergi dari tempat ini
Butir butir embun itulah yang menggerayangi tiap pori
Sambil sesekali mencium ujung kulitku
Kemudian lenyap sebelum sempat ku hela nafas
Dan angin menidurkan ku
Kembali di pangkuanmu
181106
Matahari
“Bukan salahku” katamu
Saat angin membelai rambut malam
Menerbangkan helai helainya yang lapuk
Terbungkus mata
Mata yang terkenang
“Bukan salahku, salahkan matahari
Yang membunuh kenangan
Dengan hangat terbitnya”
Nov 06
Currently have 0 komentar: