Laut
Tak cukupkah 2/3 tempat ini untukMu?
hingga kau harus masuki wilayah kami
13 November 2010javascript:void(0)
Gunung
kau yang makin perkasa,
atau kami yang makin tak berdaya?
13 November 2010
Lupa
Apa kita pernah berkenalan?
maaf Tuan, aku lupa
11 November 2010
KARMA
Aku lemparkan batu
Batu-batu kembali padaku
Cipuat, 28 September 2010
SAHABAT,
Kita adalah benih
menghujam tanah
menentang langit
Walau langit datangkan hujan, topan
dan badai
lalu bumi berguncang
Kita selalu bersama
Kita adalah tangan ksatria
mencengkeram erat
menonjok kuat
Berdiri kokoh
di antara ribuan prahara pembawa duka
09:21pm
Ciputat, 17 September 2010
CEMBURU
Genderang itu pertanda
Api membakar ruang terlarang
Rindu terbelenggu malu
Mata terkoyak jalang
Janung melemah jadi Abu
Ciputat, 09 Agustus 2010
Bayangkan,
kau pergi tanpa aku
mata tak bisa rebah, tubuh terasa gerah
Resah
"karna apa?"
Marah
"sebab apa?"
Pasrah
"untuk apa?"
Terdiam, lalu semua kelam
Ciputat, 13 Juli 2010
Ikhlas,
Aku adalah embun
pasrah Kau jadikan awan
atau dihempaskan ke comberan
Aku adalah debu
terbang tak menentu
atau berujung di tapak sepatu
Aku ikhlas mencintaiMu seperti Aku
ikhlas dicampakkanMu!
Ciputat, 13 Juli 2010
Objektivitas itu,
Aku, Kamu dan Angin bersepakat; Berjanji saling bantu
Hingga dikalahkan waktu
Ciputat, 15 juni 2010
Ku sapa Angin,
Ku sapa angin yang membelai rambutmu
sebelum hujan hempaskan debudebu
Ku sapa angin yang membelai rambutmu
saat ia tebarkan aroma tanah ke selasela hidungku
Aku, Kamu dan Angin bermufakat
saling menghormat dan menjabat
lalu, diam dalam penat
Ciputat, 14 Juni 2010
Pastikan
Sebelum sumur-sumur menjadi anta dan kita tak bisa menyaring garam
maka pastikan tak membaur lagi
lelah berpura-pura untuk kesenangan sekejap dan turuti hasrat
Maka pastikan terjatuh
Sedetik saja kita terpana dan terlupa
maka pastikan binasa
Sebelum terjatuh dan binasa
maka pastikan tak membaur lagi
Ciputat, 31 Mei 2010
Enyah!
Setelah ini, ku bereskan
Dan aku berharap engkau paham
Aku muak jika harus selalu mengalah
Tapi aku tak bisa bila harus berdebat
Terlalu kekanak-kanakan
Dan aku selalu pergi
Setelah ini, ku bereskan
Maka kau enyah dari sini!
Cireundeu, 31 Mei 2010
Menundanunda
Sering kita menundanunda sesuatu
biarkan lupa gerogoti waktu
Menundanunda hingga hawanya tak terasa
BisikMu "Kita hanya terbawa suasana"
Menundanunda hingga akhirnya Ia tiba
Kita menjadi biasa
Cireundeu, 27 April 2010
Sesaat ia,
Sesaat ia datang, ketika aku coba menghilang
Membawa cerita, menggugah rasa
dengan wajah pilu dan suara merayu kalbu
ku ikuti maumu
setelah dilakukan, aku kau abaikain
sebelum tenang, kau pun menghilang
Cireundeu, 13 April 2010
Pertemuan
Aku terpicut senja yang selalu ikuti
Arah mataku sedari tadi
menuju jendela
sebeluym jemu kuasai raga
ada sapa tak terduga
bukakan mata di kacakaca
Terpana
Bitung, 31 Maret 2010
MatahariKu
Aku tak tahu siapa yang memulai penghindaran itu
bahkan aku tak tahu, apakah ini penghindaran
atau sekedar pengacuhan
tanpa kata hanya senyum kecil
saat kau terbit
Dan aku tenggelam
Ciputat, 23 Maret 2010
Garis Finish
Bumi..
Terimakasih telah memberikan segumpal tanah liatMu
mengijinkan aku berpijak di atasMu
bersama dosa-dosaku
Maka izinkan aku kembali...
Ciputat, 16 Maret 2010
Akhir yang buruk
Senyum yang kita lemparkan pagi tadi
menjadi api yang membakar mimpimimpi di malam sepi
Legoso, 10 Maret 2010
Alun-alun
Kita bertemu Waktu di alun-alun
Aku duduk dalam saung
Kau berteduh di antara daun-daun
mengamati linglung
Pandeglang, 8 Maret 2010
Senja,
Sementara kita berlarian
mengejar kereta yang telah meninggalkan
hujan memaku kulit
tinggalkan perih yang memaksa
Kita diam
digerayangi senja!
Rangkasbitung, 03 Maret 2010
Selepas hujan tadi,
Suara lembut terdengar dari balik bilik
membunuh Nurani
menggoda mata dan telinga,
bangunkan rasa yang telah lama menggumpal,
bukakan talitali yang mengikat
Dan aku termakan jemu!
Pandeglang, 02 Maret 2010
Putriku,
-untuk Chacha-
Aku mungkin tak seperti matahari yang selalu ada di tiap pagimu,
tak seperti pelangiyang hiasi langitmu..
Tapi, aku akan menjadi malam yang berikan kau ketenangan,
menjadi air yang berikan kau kehidupan..
memberikan kau asa tuk meraih cita-cita
bahkan musim tak mampu singkirkan ku
aku tetap bertahan; Atas nama cinta,
Atas nama buah hati
yang menjadi pelita dalam perjalanan waktu
yang menjadi bunga di taman hidupku
09 Februari 2010
Obrolan Sore,
Sore tadi kita berbincang
dengan tema yang dikait di awang-awang
Segelas teh manis dan beberapa batang rokok
kita berbagi..
kita bicara tentang Utara, lalu ke Barat, kemudian ke Timur
hingga sampai kita di Selatan
ternyata kita masih di pojokan.
26 Februari 2010
Mencintai
Mencintai itu seperti hujan
Menumbuhkan benih-benih
membersihkan kehidupan
Mencintai itu seperti udara dingin
Membuatmu mengerti arti kehangatan
kemudian kau bunuh angin
Mencintai itu seperti tidur
memberikan ketenangan
tak sadar, rasio pun lebur
Pandeglang, 18 Februari 2010
Resmi.
Aku terima kau seluruhmu
dengan mahar pucuk-pucuk daun
Baggaiman?
Embun jadi wali
Burung burung jadi saksi
Pandeglang, 17 Februari 2010
Mesra,
Burung yang melompat dari dahan ke dahan
mengibas-ibaskan ekornya
saling bercicit bersahutan
kemudian angin membawanya kehadapanmu
tersaji di antara sarapan pagi
Pandeglang, 17 Februari 2010
Mega,
Melihatmu bergelayut manja di bahu gunung
Elok mengundang pandang
Gadis-gadis memuja dalam dendang
Anak-anak pun bernyanyi riang
Matahari perlahan Belai jemari
Engkau tersipu malu
Senyum memecah angan
Ragu seakan menindih
Asa terbuang perlahan
Riuh bintang meresapi
Entah...
Siluet terpajang
Membawa mimpi
Inginkan kau selalu di sini.
Pandeglang 17 Februari 2010
Musim pun berganti,
Romantisme kembang dan kumbang
Sisakan benih-benih
Matahari jadi saksi
Angin jadi Wali; Perkawinan
sekejap makhluk Tuhan
Musim pun berganti, Bunga mati jadi sahid
Kumbang pun kembali mencari
Pandeglang, 17 Februari 2010
Influenza,
Akhirnya dia tiba
membekapku saat tidur
Aku terjaga;
merinding;
terpenjara;
Kuningan, 04 Februari 2010
Nurani, IV
# 10
sedang kau mencintai dengan begitu indah
- layakkah aku? -
Aku potongan yang dibuang di atas piringmu
dari ego yang telah membirukan darahku
sedang kau menata tetesan air mataku
- hinakah aku? -
Aku merindu di atas luka yang merenggut harga diri
23:46 8 Januari 2009
# 11
Aku lihat awan saling bekejaran
tapi samar-samar
Aku lihat matahari mengintip dan senyum
tapi samar-samar
Genangan air menjadikannya samar-samar
Aku menahannya tanpa isak.
06:22 10 Mei 2009
# 12
Entah kenapa aku terdampar di sini
warna-warniitu tak lagi nampak seperti pelangi
semua abu abu
Ku tanya ego
ia buta akan kebenaran
Ku tanya nurani
ia lemah oleh rindu
Ku coba lari ke lain hati
Buntu!
03:31 20 Mei 2009
Nurani, III
# 7
Aku melihatmu
di depanku dengan seluruhmu
(aku berpaling, kau tak bergeming)
Ku tengok ke kanan mencari jalan untuk memilih
Buntu!
Ku tengok ke kiri mencari tikungan
Jurang!
(aku memaki, kau tak bergeming)
Aku pasrah.
19:36 1 Januari 2009
# 8
Malam...
letih selimuti dalam lelap, menggantung
memberatkan
Ketika malas menjadi berhala
atau mimpi-mimpi indah
Sekerdipan bintang memuja, malu bila terpejam
- sucikan wajah itu! -
Sujud di keheningan.
01:53 4 Januari 2009
# 9
Sakit itu masih mengganjal
ia mengetuk jendela-jendela yang baru saja ku tutup
namun semilir rindu mengusirnya perlahan
- bukan ia yang ku ingin -
Tanah basah oleh rintik hujan yang menghapus jejakmu
meski esok mentari tiba
- ah, terlalu lama -
lilin terlanjur padam
Aku bukan sepotong kue!
23:20 8 Januari 2009
Nurani, II
# 4
Fajar terlambat lagi
awan masih enggan beranjak
- aku resah di balik tirai -
daun-daun tersenyum basah
"akankah surya kembali?"
biar embun menari di pucuk-pucuk
- aku menanti hangatmu -
06:24 21 November 2008
# 5
Aku melihat ap yang sebelumnya tak ku lihat
yang terbias tak tertangkap retina
Kabut yang ternyata Pelangi
20:21 26 November 2008
# 6
Ya Rabb...
Bila kelak aku jatuh cinta, jangan biarkan cinta itu melebihi cintaku padaMu, jangan biarkan cinta itu mengurangi cintaku padaMu, jangan biarkan cinta itu menjadikanku lupa akan diriMu, jangan biarkan cinta itu menjadikanku lalai dariMu, jangan biarkan cinta itu membuatku jauh dariMu.
karena Kau yang menciptakan cinta para pencinta
18:49 27 November 2008
Nurani
# 1
katamu setiap malam punya cerita
malam ini ia bersenandung lembut, sejuk menghangatkan
bergerak di sela-sela jemariku
ingin ku gapai, tapi tak kuasa..
kalau ia punyai bentuk
inginku bintang marsmellow
kalau ia punyai warna
inginku tosca, jingga atau nila
ku genggam, ku bungkus dengan pita, lalu
ku berikan untuk sandaran letihmu
23:24 11 November 2008
# 2
Sebelum sinarnya lenyap (sore tadi)
ia sempat berbisik padaku
katanya tak akan absen
temani langkahmu dengan doa
hingga dilihatnya kau tersenyum lusa nanti
lalu ia pun tersenyum
22:54 12 November 2008
# 3
Ketika rindu menawar gundah
ragu menguap jadi angan
ketika hati telah menjawab
tanya pun memudar jemu
fajar terlambat
- aku luluh dalam rindu -
11:40 20 November 2008
TOKEK
Bunyi tokek memecah lamunan
membuyarkan imaji yang ku rangkai sedari tadi
Tok..kek..
Bangunkan aku yang coba merajut mimpi
Tok..kek..
Hentihan tanya tanpa tanda
Tok..kek..
01 Februari 2010
Insomnia
Semarak telah pergi
beserta lampulampu yang mulai dipadamkan
tendatenda dirobohkan dan layar pun digulung
lagu dan nyanyi diganti derik jangkrik
Terdengar degup jantung
seirama dengan tetes air
-lagilagi ia bocor-
Semoga insomnia tak singgah di sini!
01 Februari 2010
ODE
untuk aroma yang mengisi rongga dada
hadirkan sensasi di tiap hembusannya
bangkitkan imaji dari pusara kata
bukakan belenggu jiwa
O, Dewa Vayu
duduk sejenak bersama ku
berbagi cerita, melepas rindu
menegosiasikan waktu
senyum berlarian dan tawa berjingkrakkan
waktu dan kitq berdua
01 Februari 2010
Sudah dua malam,
Mimpi tak jua singgah
harapan pun seperti punah
beriring bulan yang membiru
diburu waktu
Perlahan namun tak jua pasti
Waktu bagai dinding yang mengurung hati
kemudian menyiksanya dalam lelap
Des 2009
Camkanlah!
Aku mungkin tak seperti karang yang kokoh menantang ombak
Tak seperti gunung yang kuat menahan magma
Tak seperti Matahari yang selalu menyinari
Aku hanya ilalang yang dipermainkan angin; diombang-ambing arus
dicerabut dan dibakar
Dan aku tatap bertahan
Meski Engkau abaikan!
Des 2009
Ingat!
Aku tak membenci matahari yang membakar tubuhku, yang aku benci adalah pakaian murahan yang aku kenakan karena tak mampu menahan panasnya godaan
padahal, ku percayakan segenap tubuhku padanya untuk hadapi Matahariku
Des 2009
Perhatikan!
Jangan melihat sejarah orang yang masih hidup!
hakekatnya perkembangan manusia bisa merubah ceritanya sendiri
cerita hanya jadi sejarah setelah hembusan nafas terakhir
dan biarkan waktu yang menentukan, Ia dikenang atau dibuang.
Des 2009
Tolong!
Coba kau perhatikan
Jejak-jejak mimpi itu masih nampak di antara embun
meninggalkan cerita di ujung daun
Ia pergi berasama matahari yang meninggi
-setelah ucapkan selamat pagi-
Des 2009
Nuansa Malam
Dalam gelap malam
tak bisa ku membedakan kerlip bintang dan lampu di kejauhan
sama menghias mata, walau sesekali awan menghalangi
membuatku kembali
Embun-embun menyelinap
Suara dari Toa-toa mesjid mulai bersahutan
jerit jangkrik pun teralihkan; pun
terporakporandakan derum pekik knalpot
namun, kumandang adzan menyapaku
kembali
Des 2009
Mata Kita
mata kita adalah mata pemburu
mengamati gerak yang terserak
mencengkram tanpa bergumam
kemudian bergegas
Mata kita adalah mata pemburu
Menerkam, menghantam
Menggilas, Melindas
hingga tak ada yang tersisa
Lalu, mata kita bertemu
Mata kita adalah mata pemburu
21 November 2009
Takdir waktu
Bintang-bintang berputar
Awan-awan dan rembulan pun bergerak
gerimis, hujan kemudian gerimis
Saling bergantian
Tetes hujan, butir embun
bertautan di ujung daun
lalu matahari menggantinya dengan debu
seperti siang menggilir malam
-mengitariku-
Des 2009
kemana larinya si Awan?
setelah hujan menerpa terasteras hati
angin bertiup kencang
menggerakkan daun jendela yang lupa terkunci
lalu kau biarkan tempisnya basahi
rambut yang kau urai di atas bantal
selepas pulang tadi
Des 2009
Karnamu,
ku rengkuh rembulan dalam pelukan
melayanglayang di antara bintang
sejenak, dibuai ombak lautan
Angin bergerak membawa bisikan lembut di telinga
lalu matahari; bukakan mataku!!
27 Oktober 2009
Pagi di Cinagara
Perlahan ia membuka mata
lalu beranjak
Mengambil segelas air dan menyalakan
Sebatang rokok
Ia pandangi gunung-gunung, bukit-bukit
sedangkan Matahari masih sembunyi di baliknya
Kokok ayam mulai reda
sesekali diselingi tawa anak-anak berangkat sekolah
Ia pun Kembali...
20 Oktober 2009
Inginku,
Berjumpa kata; Lalu
berdiskusi tentang lagu, syair dan lirik
bertanya tentang puisi bagaimana ia hidup; Atau
Sekedar bercanda tentang metafora yang multimakna
ku berjumpa kata
namun kata diam tanpanya!
16 Okt0ber 2009
Kopi malam,
bergelasgelas kopi telah habis kita nikmati
Suarasuara pun makin parau diterpa angin malam
satu atau dua motor lewat tak terhirau
kita berdiskusi, bernyanyi
Tak peduli!
sampai habis perbendaharaan Lagu; Kacau!
14 Oktober 2009
Nuansa Senja,
Anggun!
Pesona yang hadir dari senyuman
bersama lirikmu dalam siraman senja
dag dig dug..
Nafas memburu
saat kau tarik bibirmu
di antara baris-baris gigi bak permata
dengan mata yang kau palingkan; Entah!
13 Oktober 2009
Kembali lagi,
Matahari sore membakarku
di tepi jalan itu
ketika ia hampirimu
Mulut bicara; Kosong!
detik menjadi panjang
Mata melayang dilangit; Bolong!
11 Oktober 2009
Jejak itu,
jejak langkah itu tak pernah pudar
walau mulai usang tertutup debu
terbakar terik
- Mencekik
jejak itu menyimpan kenangan
berirama dalam angin
- Menderu
23 September 2009
Menanti malam,
Sebatang rokok di tangan
segelas kopi di hadapan
angin utara menggerakan daun-daun
Lihatlah! sepasang burung asyik saja membuat sarang
ada juga si Jalu yang berkokok merayu
berputar dan bekejaran, kemudian terjadilah
Asap rokok ahkirnya membumbung tinggi
walau masih dipermaikan angin
lalu menghilang di balik daun
Nikmatnya
-Ia pasti sudah ada di Surga-
Senja perlahan menghampiri
mengundang nyamuk-nyamuk untuk berpesta
Kembali sebatang rokok dinyalakan
Menantikan malam yang menentramkan
21 September 2009
Berharap,
berharap matahari tiba mengetuk jendela
membawa warta yang ku damba
tentang kabar bunga
atau sebait cerita
walau ku tahu
musim tak pernah memberiku asa..
November 2009
Langit Senja
Ku rangkul senja di tepimu
Hantarkan
rona kelam membias
disiram rintik hujan
hadirkan
gemuruh yang keruh
November 2009
Ketika!
Ku tulis pesan ini
karna telpon dariku tak pernah kau angkat
dan nada sambungmu, habis memenuhi gendang telinga
Berkali kali
Tut.. Tut..
Merobekrobek kuping seperti orang sinting
Tut.. Tut..
Menusuk nusuk syaraf dengarku
Tut.. Tut..
Seperti hendak gila tapi tak bisa
Tut.. Tut..
berharap suara lembut ucapkan "hallo"
Tut.. Tut..
Kumatikan!
November 2009
Selamat Pagi,
Matahari menyapaku lembut
dari selasela jendela
Tangannya membelai wajahku; Bangunkanku
dari mimpi tak terpahami
November 2009
Pagi,
Akulah sang Mentari
membuka mata para bidadari dari mimpi
Mengunduh sepi
Akulah Matahari
Izinkan Aku singgah di kamarmu
-untuk hangatkanmu-
Mekarkan bunga yang mungkin kau lupa..
November 2009
Hari ini,
Hari ini bermula ketika embun rebah di pucuk pucuk daun
Mengiring kabut lembut
Menuntun kokok ayam jantan
Memberi tanda
Sesaat lagi Sang Raja tiba
Hangatkan mata yang baru saja terbuka
November 2009
Rasa itu..
Rasa itu terlalu indah
hingga tak ingin pasrah
walau hanya sekejap
tak ingin ku terlelap
rasa itu terlalu menggoda
selubungi ronggarongga dada
hadirkan degup yang tak kunjung henti
walau malam telah menepi
November 2009
Kutitip salam pada rembulan,
sambil merayu awan yang selimuti rembulan
"agar tetap terang"
lalu angin kibaskan daundaun
hadirkan rona terang di senyummu
ketika semilirnya menyelinap di balik jendela
November 2009
24 jam berlalu,
ku hela senyummu bersama debu
dalamdalam,hingga tersedak di dada
Masih, tetap ku simpan puisimu
hadirkan ronarona pelangi di celah mata
lalu hilang menjelang hujan!
November 2009