Mei '08, an addition
MenungguMu
Malam melahapku dengan rakus
menyisa tanya
meninggalku di tepi
Ketika rembulan semakin tunduk, aku menunduk
menunggu matahari
mebias di ujung belati
menungguMu
jadi Api
Mei '08
:-@
derum knalpot dan bunyi klakson jadi riuh,
mengusir embun tenang. lalu menghilang -terhisap tanah,
melebur jadi debu-
Matahari;
Pun jadi raja
Mei '08
Sarapan
Pagi waktu Lido
angin yang membawa dingin
di pagi pada sela kaki gunung yang semalam kulingkari
riuh pohon menjatuhkan daun tua
ada yang mengganti kulit malam di bawah pancuran matahari
lembut mengusir kabut yang bergelayut
pada mata merah tersisa gundah,
semalam ia resah melafadzkan gambarMu
Ciputat, Juli 06
Tentang 3 Langit
[1]
Sisihkan sedikit untuk bekal nanti
Tabung sedikit batu
sedikit debu
sedikit kayu
juga daun
matahari mungkin enggan berpijar
juga bila nanti langit
Pun...
[2]
dalam lemari itu
kau sembunyikan
Dunia
Langit;
dan
Bintang kecil
yang
kau tinggalkan setelah amarahNya reda
[3]
hari ini ku lihat wajahmu
seperti langit
semalam:awan menjadi bedak
yang menutupi bintang-bintang
juga bulan tersamarkan
-malah semakin kelam-
Ciputat, Juni 2006
Kembali
/I/
Setelak riabuan matahari terbit tenggelam
Akhirnya anak kesayanganMu kembali
Ia masih seperti dulu
Sebelum lari dariMu
hanya tubuhnya semakin hitam
/II/
Terulang kembali:kau campakkan Aku
Ke lembah sunyi tanpa kata kata
Juli 2006
malam...
sepi yang singgah disini
mengajak kedua mata berbicara
tentang angin pagi
tentang lagu sunyi
lalu, mereka bermain petak umpet
di antara helai-helai rambut
sambil sesekali..
terdengar pekik bintang
mengunduh bathin..
12 Maret jam 12:09
Senja ketika..
cobalah singgah sejenak
Perhatikan! rona senja tersipu
menyambut matahari di peraduan
lalu menghilang di antara bintang
cobalah tengok sesaat
musim hujan telah tiba
angin begitu buas menggilas
kakikaki tanpa alas
Dan aku terhempas..
13 Maret jam 13:17
2007
Dari mata,
hujan turun membasahi pipi yang bergetar
ditempa dingin angin
rona senja memantul dari daun basah
seperti senyum yang rekah dari bibirmu
ketika hujan reda
Ciputat, Juni 2007
Mu
Angin yang berhembus di dekat telingaku
siang tadi berbisik
menyebut namaMu
Malam mencipta bayang dilangit
yang ku pandang
bayang wajahMu
Senyum yag kau pancarkan
menjadi mentari yang selalu hadir
Di Pagiku
Ciputat, 24 Juni 07
Tentang Detik (sebelum akhirnya)
Waktu yang berdentang di dinding mengalir
Lembut berbisik ditelinga
“Detik ini yang akan mengantarmu tidur”
Lalu terbang di langit-langit
Sebelum pecah dan membaur
Bersama udara yang terhirup
dalam rongga rongga dada
Waktu ini,
apakah ia yang mengerakan bibir dan lidah untuk berlafadz
Mata dan hati untuk mengikat
Bayangmu di sini?
Kertamukti, 280807
Mu, 2
Mata mungkin bisa terpejam
Mulutpun bisa membungkam
dan tubuh hanya bisa terdiam
tapi,
Tidak dengan hati ini!
Ia selalu melihat bayangmu
selalu menggumamkan namamu
selalu bergerak mencari dirimu
Kertamukti. 260807
Selamat Pagi
Embun mulai berbaring di bahu malam
Pertanda sebentar lagi matahari terbit
Embun dan malam perlahan pasti kembali kepadaNya
Matahari itu yang membuat embun tetap anggun dan santun
Lalu merenggutnya sebelum yang lain terbangun
Matahari itu yang menyingkap selimut malam dan membuka kelopak mata kita
Lalu terjaga...
Embun itu menjadi indah karena bias mentari
(Ketika ia menggantung di ujung daun)
Lalu menghilang...
Ciputat, September 07
Kembali
Desir angin lembut menyapu ubun-ubun
lamat-lamat memasuki rongga telinga
menjadi bisikan yang bergumpal
Kemudian pecah...
“Kembalilah padaKu: ...”
Ciputat, 27 Des 07
Ketika ku terlentang
Bola lampu di atas kepalaku
Menambat mataku
mengikatnya dengan pijar-pijar lembut
kemudian mencumbunya
Waktu semakin larut
Saat ia pergi membawa mata itu
meninggalkanku dalam kabut
Ciputat, 27 Des 07
Senyuman itu
Ibarat mawar yang mekar
di pekarangan tetangga
Menggoda...
tapi tak bisa sembarang dipetik
Bukan hanya karna durimu tapi juga karna Pemilikmu
Juga karna bukan hanya aku yang melirikmu
Ciputat, Des 07
Pantai Carita
Matahari turun bersama air laut yang pasang
Karang kerang terendam
dalam siluet senja dan hembusan angin;
Hai... jangan padamkan lilinnya!
Des 07
Seperti...
seperti matahari..
ia hadir menghapus kegelapan
dan kesepian
memberi keindahan makna warna
membuka mata-mata para pengembara
ia tegar, ia sabar
mendung pun tak akan mampu menghadang
sinarnya; bahkan badai
tetap berhiaskan senyum
selalu anggun
seperti itu Nurani..
Ciputat, 19 Juni 2009
Pesona
kemana larinya ia?
sesaat tadi ia datang, lalu hilang
ia jengah..
padahal belum sempat ku telaah
mungkinkah ia ada di langit itu?
di antara gelap malam dan awan kelam
perlahan namun pasti
ia memikat hati
memberi pelagi di dinding-dindingnya
membawa pesona di sudut mata.
Malam
Menghibah kenangan pada ranjang reot;
Bunga-bunga memekar di atasmu